Laman

Minggu, 26 Juni 2011

Proses Menstruasi

               Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 - 50 tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Siklus haid mulai teratur jika wanita sudah berusia 25 tahun. Siklus ini dikendalikan oleh hormone-hormon reproduksi yang dihasilkan oleh hipotalamus, hipofisis, dan ovarium.
Ada empat fase dalam siklus haid,yaitu:
  1. Fase Folikel
Pada akhir siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan hormone gonadotropin. Hormone ini akan merangsang hipofisis untuk melepaskan FSH (Follicle Stimulating Hormone) atau hormone pemicu pertumbuhan folikel. Pada awal siklus berikutnya pada hari pertama sampai ke-14,folikel akan melanjutkan perkembangannya karena pengaruh FSH dalam ovarium. Setelah itu terbentuk folikel yang sudah masak (folikel de Graaf) dan menghasilkan hormone estrogen yang berfungsi menumbuhkan endometrium dinding rahim dan memicu sekresi lendir.
  1. Fase Estrus
Kenaikan estrogen digunakan untuk mempertahankan pertumbuhan dan merangsang terjadinya pembelahan sel-sel endometrium uterus. Selain itu juga berperan dalam menghambat pembentukan FSH oleh hipofisis untuk menghasilkan LH (Luteinizing Hormone) yang berperan dalam merangsang folikel de graaf yang telah masak untuk melakukan ovulasi dari ovarium.
Ovulasi umumnya berlangsung pada hari ke-14 dari siklus haid. Biasanya pada setiap ovulasi dihasilkan 1 oosit sekunder.
  1. Fase Luteal
LH merangsang folikel yang telah kosong untuk membentuk korpus atau uteum (badan kuning). Selanjutnya korpus ini menghasilkan progestron yang mengakibatkan endometrium berkembang tebal dan lembut serta banyak pembuluh darah. Selama 10 hari setelah ovulasi,progesterone berfungsi mempersiapkan uterus untuk kemungkinan hamil. Uterus pada tahap ini siap menerima dan member sel telur yang telah dibuahi (zigot).
Jika tidak terjadi fertilisasi corpus luteum berubah menjadi corpus albicans dan berhenti menghasilkan progesterion.
  1. Fase Menstruasi / Perdarahan
Apabila fertilisasi tidak terjadi,produksi progesterone mulai menurun pada hari ke-26. Corpus luteum (badan kuning) berdegenerasi dan lapisan uterus bersama dinding dalam rahim luruh (mengelupas) pada hari ke-28 sehingga terjadi pendarahan.
Biasanya haid berlangsung selama 7 hari. Setelah itu dinding uterus pulih kembali. Selanjutnya karena tidak ada lagi progesterone yang dibentuk,maka FSH dibentuk lagi kemudian terjadilah proses oogenesis,dan siklus haid dimulai kembali. Siklus haid akan berhenti jika terjadi kehamilan.
Namun ada yang menyebutkan bahwa pada tiap siklus, dikenal dengan 3 masa utama,yaitu:
  1. Masa haid selama 2 sampai 8 hari
Pada waktu itu endometrium dilepas, sedangkan pengeluaran hormon-hormon ovarium paling rendah (minimum).
  1. Masa proliferasi sampai hari ke-14
Endometrium tumbuh kembali, disebut juga endometrium melakukan proliferasi. Antara hari ke-12 sampai ke-14 dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi.
  1. Masa sekresi
Terjadi perubahan dari korpus rubrum menjadi korpus luteum yang mengeluarkan progesterone. Di bawah pengaruh progesteron ini,kelenjar endometrium yang tumbuh berkelok-kelok mulai bersekresi dan mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Pada akhir masa ini stroma endometrium berubah kea rah sel-sel desidua, terutama yang berada di seputar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan adanya nidasi (menempelnya ovum pada dinding rahim setelah dibuahi).

            Menstruasi terjadi pada semua wanita yang sehat dan memiliki organ reproduksi yang sehat juga.  Menstruasi memang bisa menjadi salah satu pertanda bahwa cewek memiliki organ reproduksi yang sehat, dan bisa dikatakan pula bahwa menstruasi itu salah satu indikator kesuburan. Cuman, bukan berarti kalau cewek tidak mens berarti tidak memiliki organ reproduksi yang sehat juga. Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan siklus dan pola menstruasi menjadi kacau. Beberapa di antara faktor-faktor itu.


1. Kondisi hormonal belum stabil

Hal inilah yang menjadi penyebab menstruasi kadang datang kadang tidak atau super telat. Kondisi tubuh remaja yang masih belum stabil ini yang menyebabkan belum sepenuhnya memiliki siklus yang tepat untuk semua fungsinya, termasuk untuk menstruasi. Makanya ada kalanya kita menstruasi sampai dua kali dalam satu bulan, atau malah sampai beberapa bulan menstruasi tak kunjung datang.


2. Kondisi fisik terganggu

Aktivitas yang sangat padat bisa mengganggu siklus menstruasi. Misalnya, di sekolah lagi ada kegiatan besar yang menuntut perhatian dan mengurangi tenaga kita selama hampir tiga bulan. Menstruasi bisa ikutan ngilang selama tiga bulan. Karena kelelahan fisik juga bisa menjadi salah satu faktor penyebab hormon kita gagal mematangkan sel telur kita. Makanya menstruasi kita jadi mundur selama kurang lebih tiga bulan.


3. Kondisi psikis terganggu

Apa sih kondisi psikis itu? Ya, sederhananya kondisi psikis itu keadaan jiwa kita alias kondisi emosi kita. Ada kondisi stres, sedih berlebihan, panik, senang, dan sebagainya. Nah, ternyata kondisi-kondisi ini juga berperan sebagai salah satu penyebab terganggunya siklus menstruasi.


4. Kurangnya asupan gizi

Kondisi hormon menjadi salah satu faktor yang memengaruhi proses pematangan sel telur. Jika gizi yang diperlukan untuk mematangkan telur tidak terpenuhi, jelas akan menghambat proses menstruasi. Apa aja sih yang bisa memengaruhi kualitas asupan gizi kita? Jelas, yang pertama adalah kualitas dan kuantitas makanan. Dan jangan lupa juga: pola hidup. Kalau kita sudah sangat memerhatikan kualitas dan kuantitas makanan, tetapi enggak diimbangi dengan pola hidup yang jelas, ya sama juga bohong.


5. Hamil

Kehamilan itu bisa terjadi kalau sel telur matang dibuahi oleh sel sperma. Nah, kalau sudah dibuahi, berarti tidak mungkin sel telur matang tadi dikeluarkan. Yang terjadi kemudian adalah sel telur yang dibuahi tadi diantarkan dan disimpan oleh tubuh kita ke dalam rahim untuk kemudian tumbuh dan berkembang menjadi seorang bayi. Begini ini proses terjadinya kehamilan. Makanya perempuan yang sudah dalam keadaan hamil tidak mungkin mens, karena hormon yang biasa digunakan untuk mematangkan sel telur berubah fungsinya menjadi penyedia makanan bagi sang jabang bayi.

Kamis, 23 Juni 2011

Pemberian Huknah Rendah dan Tinggi

HUKNAH RENDAH

1. Pengertian
    Memasukkan cairan melalui anus sampai ke kolon desenden

2. Tujuan
    a. Merangsang peristaltik usus
    b. Mengosongkan usus sebagai persiapan tindakan operasi
    c. Tindakan pengobatan

3. Persiapan

  a. Persiapan pasien
  1. Mengucapkan salam terapeutik
  2. Memperkenalkan diri
  3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.
  4. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
  5. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.
  6. Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
  7. Privacy klien selama komunikasi dihargai.
  8. Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
  9. Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)

  b. Persiapan alat
  1. Sarung tangan bersih
  2. Selimut mandi atau kain penutup
  3. Perlak dan pengalas
  4. Irigator lengkap dengan canule recti, selang dan klemnya
  5. Cairan sesuai kebutuhan
  6. Bengkok
  7. Jelly/pelumas larut dalam air
  8. Tiang penggantung irigator
  9. Jika perlu sediakan pispot,air pembersih dan kapas cebok/tissue toilet

4. Prosedur
  1. Pintu ditutup/pasang sampiran
  2. Mencuci tangan
  3. Perawat berdiri disebelah kanan klien dan pasang sarung tangan
  4. Pasang perlak dan pengalas
  5. Pasang selimut mandi sambil pakaian bagian bawah klien ditanggalkan
  6. Atur posisi klien sim kiri
  7. Sambung selang karet dan klem (tertutup) dengan irigator
  8. Isi irigator dengan cairan yang sudah disediakan
  9. Gantung irigator dengan ketinggian 40-50 cm dari bokong klien
  10. Keluarkan udara dari selang dengan mengalirkan cairan ke dalam bengkok
  11. Pasang kanule rekti dan olesi dengan jelly
  12. Masukkan kanule ke anus, klem dibuka, masukkan cairan secara perlahan
  13. Jika cairan habis, klem selang dan cabut kanul dan masukkan kedalam bengkok
  14. Atur kembali posisi klien dan minta klien menahan sebentar
  15. Bantu klien ke WC jika mampu, jika tidak tetap dalam posisi miring lalu pasang pispot dibokong klien.
  16. Klien dirapihkan
  17. alat dirapikan kembali
  18. Mencuci tangan
  19. Melaksanakan dokumentasi :

  • Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan klien
  • Catat tgl dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien

HUKNAH TINGGI

1. Pengertian
     Memberikan huknah tinggi  adalah suatu tindakan memenuhi kebutuhan eliminasi dengan cara  memasukkan cairan hangat melalui anus ke rectum sampai colon asenden dengan mempergunakan kanul recti.

2. Tujuan
  1. Merangsang  peristaltik sehingga pasien bisa BAB
  2. Persiapan tindakan operasi/persalinan/persiapan pemeriksaan radiologi
  3. Memberi rasa nyaman
3. Perhatian
  1. Dalam pelaksanaan harus diperhatikan kontra indikasi pemberian huknah tinggi seperti pasien dengan sakit jantung, perdarahan, kontraksi yang kuat, pembukaan lengkap.
  2. Bila pada saat pemberian huknah tinggi, kanul ada hambatan, jangan dipaksakan.


4. Prosedur

I. Persiapan:
  1. Persiapan pasien dan keluarga
    1. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
    2. Menjelaskan  prosedur tindakan
    3. Posisi pasien diatur miring ke kanan
    4. Alat-alat:
      1. Selang/kanul
      2. Handschoen disposible
      3. Nierbekken
      4. Pengalas dan perlak
      5. Tissue
      6. vaselin
      7. Cairan Na Cl 0,9% sebanyak 1000 cc sampai dengan 2000 cc yang sudah dihangatkan
      8. Pispot
      9. Air dalam botol cebok
      10. Irigator dan slang kanul
      11. Lingkungan
      • Menjaga privacy pasien
    2. Perawat
  1. Mencuci tangan.
  2. Menilai keadaan umum pasien
  3. Mengukur tanda-tanda vital
  4. Kemampuan mobilisasi
II. Pelaksanaan:
  1. Buka pakaian bagian bawah
  2. Pasang pengalas dan perlak di bawah bokong
  3. Dekatkan nierbekken
  4. Perawat memakai handschoen
  5. Pasien dianjurkan untuk miring ke kiri.
  6. Bersihkan daerah anal dengan air dan tissue
  7. Ujung  kanul diolesi  vaselin secukupnya
  8. Pangkal kanul dihubungkan  ke slang dan irigator
  9. Keluarkan udara  dari saluran irigator dan diklem
  10. Tangan kiri  membuka belahan bokong bagian atas, tangan kanan  memasukkan kanul kedalam anus sedalam 10 cm sampai dengan 15 cm.
  11. Memasukkan ujung kanul ke dalam anus perlahan-lahan anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam.
  12. Tinggi irigator 50 cm dari tempat tidur.
  13. Pasien dianjurkan untuk menahan BAB beberapa waktu selama cairan dimasukkan.
  14. Angkat nierbekken, perlak dan pengalas
  15. Pasang pispot dan pengalas,  pasien dapat dianjurkan untuk BAB.
  16. Setelah selesai BAB, pasien dibantu untuk membersihkan bagian anal dan bokong.
  17. Angkat pispot dan pengalas.
  18. Kenakan pakaian bagian bawah, rapikan tempat tidur
  19. Lepaskan handschoen, cuci tangan.
  20. Membuat catatan keperawatan yang mencakup
  •  Respon pasien
  • Tindakan yang dilakukan 
  • Keadaan umum pasien
  • Hasil observasi.

Selasa, 21 Juni 2011

Pencegahan Infeksi

Pedoman Pencegahan Infeksi
TRANSMISI KUMAN
Transmisi kuman rnerupakan proses masuknya kuman ke dalam tubuh manusia yang dapat menimbulkan radang atau poses tersebut melibatkan beberapa unsur di antaranya:
1. Resevoir
2. Jalan Masuk
3. Inang (host)
4. Jalur Keluar
5. Jalur penyebaran

CARA PENULARAN MIKROORGANISME
Proses penyebaran rnikroorganisme ke dalam tubuh, baik pada manusia maupun hewan, dapat meialui berbagai cara, di antaranya:
1. Kontak Tubuh. Kuman masuk ke dalam tubuh melalui proses penyebaran secara langsung, maupun tidak langsung.
2. Makanan dan minuman
3. Serangga
4. Udara

FAKTOR YANG MEMENGARUHI PROSES INFEKSI
  1. Sumber Penyakit. Sumber penyakit dapat memengaruhi apakah infeksi berjalan cepat atau lambat.
  2. Kuman penyebab. Kuman penyebab dapat menentukan jumlah mikroorganisme, kemampuan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh, dan virulensinva.
  3. Cara Membebaskan Sumber dari Kuman. kuman dapat menentukan apakah proses infeksi cepat/lambat, seperti tingkat keasaman (pH), suhu, dll.
  4. Cara Penularan. Cara penularan seperti kontak melalui makanan atau udara, dapat menyebabkan penyebar.
  5. Cara Masuknya Kuman. Proses penyebaran tergantung dari sifatnya. Kuman dapat masuk melalui pernapasan, saluran pencernaan, kulit, dan lain-lain.
  6. Daya Tahan Tubuh. Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses infeksi atau mempercepat proses penyembuhan.
INFEKSI NOSOKOMIAL
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit dalam sistem pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran sumber pelayanan kesehatan, baik melalui pasien, petugas kesehatan, maupun sumber lain.

Sumber Infeksi Nosokomial
Beberapa sumber penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah :
  1. Pasien. Pasien merupakan unsur pertama yang dapat infeksi ke pasien laimnya, petugas kesehatan, pengunjung atau uf alat kesehatan lainnya.
  2. Petugas Kesehatan. Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak langsumg yang dapat rnenularkan berbagai kuman ke tempat lain.
  3. Pengunjung. Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke dalam lingkungan rumah sakit atau sebaliknya, yang didapat dari dalam rumah sakit ke luar rumah sakit.
  4. Sumber Lain. Sumber lain yang dimaksud di sini adalah iingkungan rumah sakit yang meliputi lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit atau alat yang ada di rumah sakit yang dibawa oleh pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien, dan sebaliknya.

PENCEGAHAN INFEKSI
Di masa lalu, fokus utamapenanganan masalah infeksi dalam pelayanan kesehatan adalah mencegah infeksi. Infeksi serius pascabedah masih merupakan masalah di beberapa negara, ditambah lagi dengan munculnya penyakit Acquired Immuno Defeciency Syndrome (AIDS) dan Hepatitis B yang belum ditemukan obafnya.

TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI
Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat dilakukan adalah:
  1. Aseptik, yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya rnikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik pada permukaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman di gunakan.
  2. Antiseptik, yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
  3. Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan. Contohnya adalah meja pemeriksaan, alat¬alat kesehatan, dan sarung tamgan yang terkontaminasi oleh darah atau aliiran tubuh di saat prosedur bedah/tindakan dilakukan.
  4. Pencucian, yaitu tindakan menghilangkan semua darah, eairan tubuh atau setiap benda asing seperti debu dan kotoran.
  5. Desfinfeksi, yaitu tindakan menghilangkan sebagian besar (tidak semua) mikroorganisme penyebab penyakit dari benda mati. Desinfeksi tingkat tinggi dilakukan dengan merebus atau dengan menggunakan larutan kirnia. Tindakan.ini dapat menghilangkan semua mikroorganisme, kecuaii beberapa bakteri endospora.
  6. Sterilisasi, yaitu tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit, dan virus) termasuk bakteri endospora.

PEDOMAN PENCEGAHAN INFEKSI
Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang atau dari peralatan ke orang dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang di antara mikroorganisme dan individu (pasien atau petugas kesehatan). Penghalang ini dapat berupa upaya fisik, mekanik ataupun kimia yang meliputi:
1. Pencucian tangan
2. Penggunaan sarung tangan (kedua tangan), baik pada saat melakukan tindakan, maupun saat memegang benda yang terkontaminasi (alat kesehatan/kain tenun bekas pakai).
3. Menggunaan cairan antiseptik untuk membersihkan luka pada kulit.
4. Pemrosesan alat bekas pakai (dekontaminasi, cuci dan bilas, desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi).
5. Pembuangan sampah.

Tindakan-tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan :
1. Meminimalkan infeksi yang disebabkan mikroorganisme (bakteri, virus, jamur).
2. Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa (hepatitis dan
HIV/AIDS).

Penolong persalinan dapat terpapar hepatitis dan HIV di tempat kerjanya melalui :
1. Percikan darah atau cairan tubuh pada mata, hidung, mulut atau melalui
diskontinuitas permukaan kulit (luka atau lecet kecil).
2. Luka tusuk akibat jarum yang terkontaminasi atau peralatan tajam lainnya, baik
saat prosedur dilakukan atau saat memproses peralatan.

Defenisi tindakan-tindakan dalam pencegahan infeksi :
1. Asepsis atau teknik aseptik
Asepsis atau teknik aseptik adalah semua usaha yang dilakukan dalam
mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang mungkin akan
menyebabkan infeksi. Caranya adalah menghilangkan dan/atau menurunkan
jumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan dan benda-benda mati hingga
tingkat aman.
2. Antisepsis
Antisepsis adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh
lainnya.
3. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda (peralatan
medis, sarung tangan, meja pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan cairan
tubuh. Cara memastikannya adalah segera melakukan dekontaminasi terhadap
benda-benda tersebut setelah terpapar/terkontaminasi darah atau cairan tubuh.
4. Mencuci dan membilas
Mencuci dan membilas adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua darah, cairan tubuh atau benda asing (debu, kotoran)
dari kulit atau instrumen.
5. Disinfeksi
Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua
mikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda mati atau instrumen.
6. Disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri, dengan cara
merebus atau cara kimiawi.
7. Sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora bakteri
pada benda-benda mati atau instrumen.

Prinsip-prinsip pencegahan infeksi yang efektif berdasarkan :
1. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat
menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa
gejala).
2. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
3. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan
telah bersentuhan dengan kulit tak utuh, selaput mukosa, atau darah harus
dianggap terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan
proses pencegahan infeksi secara benar.
4. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah
diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.
5. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi hingga
sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi
yang benar dan konsisten.

Tindakan-tindakan pencegahan infeksi meliputi :
1. Cuci tangan
2. Memakai sarung tangan
3. Memakai perlengkapan pelindung
4. Menggunakan asepsis atau teknik aseptik
5. Memproses alat bekas pakai
6. Menangani peralatan tajam dengan aman
7. Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampah secara
benar.

Persalinan dan kelahiran bayi bisa terjadi di luar institusi, baik di rumah, klinik bersalin swasta, polindes, atau puskesmas. Jika proses ini berlangsung di rumah, hati-hati agar benda-benda yang terkontaminasi tidak menyentuh daerah yang telah dibersihkan dan disiapkan untuk suatu prosedur.


Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara. Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien. Misalnya , klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak.
Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam keperawatan adalah untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan keperawatan.
Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu :
1. Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.
2. Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
· Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
· Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
· Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
· Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.
Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.
3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan suara.
Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara.
Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada pneumonia.
Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah hepar.
Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.
4. Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
  • Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC.
  • Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.
  • Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
  • Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.
Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan :
1. Head to toe (kepala ke kaki)
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki. Mulai dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, punggung, genetalia, rectum, ektremitas.
2. ROS (Review of System / sistem tubuh)
Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu : keadaan umum, tanda vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal dan integumen, sistem reproduksi. Informasi yang didapat membantu perawat untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu mendapat perhatian khusus.
3. Pola fungsi kesehatan Gordon, 1982
Perawat mengumpulkan data secara sistematis dengan mengevaluasi pola fungsi kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus meliputi : persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan, nutrisi-pola metabolisme, pola eliminasi, pola tidur-istirahat, kognitif-pola perseptual, peran-pola berhubungan, aktifitas-pola latihan, seksualitas-pola reproduksi, koping-pola toleransi stress, nilai-pola keyakinan.
4. DOENGOES (1993)
Mencakup : aktivitas / istirahat, sirkulasi, integritas ego, eliminasi, makanan dan cairan, hygiene, neurosensori, nyeri / ketidaknyamanan, pernafasan, keamanan, seksualitas, interaksi sosial, penyuluhan / pembelajaran.


Sabtu, 18 Juni 2011

oRiD™widget: [wiDget] Mario Teguh's Quotes NoPict

oRiD™widget: [wiDget] Mario Teguh's Quotes NoPict

Nasogastric Tube

 Pemasangan Nasogastric Tube (NGT)





Definisi :
Pemasangan slang plastik lunak melalui nasofaring klien ke dalam lambung. Slang mempunyai lumen berongga yang memungkinkan baik pembuangan sekret gastrik dan pemasukan cairan ke dalam lambung.

Kegunaan :
  • Memungkinkan dukungan nutrisi melalui saluran gastrointestinal
  • Memungkinkan evakuasi isi lambung 
  • Mencegah regurgitasi dan aspirasi isi lambung
Perhatian :
  • Riwayat masalah sinus atau nasal ( infeksi, sumbatan, polip dll )
  • Kesadaran dan riwayat MCI
  • Refleks Vagal
  • Perdarahan karena prosedur yang agresif
  • Selang NGT masuk ke Trakea
  • Diharapkan pasien telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dan tujuan tindakan.
  • Pasien yang telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang akan dilakukan pasien atau keluarga diharuskan menandatangani informed consent


Persiapan Alat :
  1. Slang nasogastrik sesuai ukuran  (ukuran 14-18 fr)
  2. Pelumas/ jelly
  3. Spuit berujung kateter 50 ml
  4. Stetoskop
  5. Lampu senter/ pen light
  6. Klem
  7. Handuk kecil
  8. Tissue
  9. Spatel lidah
  10. Sarung tangan dispossible
  11. Plester
  12. Nierbekken
  13. Bak instrumen
PELAKSANAAN
  1. Cuci tangan dan atur peralatan
  2. Jelaskan prosedur pada pasien
  3. Bantu pasien untuk posisi Fowler
  4. Berdirilah disisi kanan tempat tidur pasien bila anda bertangan dominan kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri)
  5. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal. Minta pasien untuk bernafas melalui satu lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain, Bersihkan mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas. Periksa adakah infeksi dll
  6. Tempatkan handuk mandi diatas dada pasien.
  7. Persiapkan tissue dalam jangkauan.
  8. Gunakan sarung tangan
  9. Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester.
    Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung melingkar slang pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke tonjolan sternum; tandai lokasi di tonjolan sternum dengan plester kecil.
  10. Minta pasien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam lubang hidung yang paling bersih
  11. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta pasien menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut.
  12. Ketika slang terlihat dan pasien bisa merasakan slang dalam faring, instruksikan pasien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan.
  13. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut tanpa memaksa saat pasien menelan (jika pasien batuk atau slang menggulung di tenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut dorong pasien untuk bernafas dalam
  14. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung, hentikan insersi selang dan periksa penempatannya:minta pasien membuka mulut untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang dan dorong udara sambil mendengarkan lambung dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi slang.
  15. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi, sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang.
  16. Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah pasien. Pita karet dapat Digunakan untuk memfiksasi slang.